Jumat, 11 Oktober 2013

surat: kepada 'princess Zimbabwe' Dhila


Selamat malam Dhila yang baik,
Apa kabar? Semoga kesehatan selalu bersamamu ya, seperti juga kebahagiaan selalu setia menghiasi hidupmu. Heheheheh iya aku tahu doaku itu barangkali terlalu muluk bagi manusia, terlebih bila mengingat kondisi terakhir yang sempat kau kabarkan di waktu paling mutakhir dulu. Tapi apa salahnya berdoa, bukan? Meskipun aku masih orang yang sinis, yang tidak begitu mampu percaya kepada harapan, kupikir, doa, lainlah dengan harapan. Doa lebih seperti tanda kerendahan diri seorang mahkluk yang meminta tanpa memaksa kepada yang dimintai. Nah itulah, semoga surat ini, setidaknya, mampu paling sedikit membuat bibirmu tertarik keatas.

Dhila yang tengah bersenyum,
Jadi, sudah sejauh apa engkau menyelesaikan bacaanmu? Yah, sesungguhnya engkau pun tahu, aku tak pernah bermaksud meracuni engkau dengan jenis bacaan-bacaan yang barangkali tak sesuai dengan selera bacamu. Aku bukan hendak pula mendikte engkau dengan bacaan-bacaan jenis tertentu. Aku hanya ingin engkau menemui jenis bacaan yang lain dari buku yang biasa engkau baca, agar engkau tidak bertemu dengan kejenuhan yang dulu sempat mampir kepadaku. Yah siapa tahu, dengan menemukan jenis bacaan yang baru, engkau justru kemudian akan mau untuk tertarik pada hal-hal baru, sudut pandang yang baru, dunia baru, bukankah itu sekiranya akan menyenangkan? Bisa kubilang mampu memberi warna lain yang mungkin asing dalam hidup.

Dhila yang semoga tidak sedang cemberut,
Aku baru saja selesai membaca buku yang engkau sarankan. Buku yang jelas sekali bukan jenis buku yang akrab bagiku, tapi, iya dulu aku pernah pula membaca buku jenis ini. Nah, memang, seperti yang aku khawatirkan, buku ini memang bacaan yang renyah, hanya saja, masih seperti ingatan lamaku, buku seperti ini masih kurang memperhatikan penulisan yang benar. Engkau tahu bukan, buku bukan sekadar cerita, terlebih bagiku, bahasa yang rapi dan cerita yang tak berasal dari langit. Ah tapi tentu saja, satu dan lain orang bisa sangat berbeda dalam memandang sebuah buku, dan aku masih percaya bahwa setiap buku memiliki pembacanya sendiri.

Dhila yang cerewet,
Hehehehe... ah aku tau engkau sebenarnya tidak terlalu cerewet, hanya agak saja engkau mempunyai sedikit kecenderungan untuk tahu. Dan itu bagus, apalagi untuk seorang pembaca buku. Keingintahuan adalah bukti hidup seorang manusia, barangkali. Nah mungkin kita akan sepakat dengan ungkapan orang-orang, bagiku bukuku dan bagimu bukumu.

Dhila yang makin rajin,
Sekiranya itu saja yang bisa aku tuliskan dalam surat ini. Aku tak ingin engkau bosan mendengarkan ceramahku... hahahaha. Yah, semoga engkau tak kapok membaca buku-buku yang barangkali bukanlah jenis buku yang biasa engkau baca untuk menghabiskan waktumu. Nah sebaiknya aku akhiri saja surat ini. Tetap membaca ya!

Semoga kedamaian selalu bersamamu. Salam sejahtera!
(yang boleh kau anggap)kakak... atau om :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar