Kamis, 09 Oktober 2014

bermain dengan Teru Teru Bozu



Judul               : Rahasia hujan
Penulis            : Adham T. Fusama
Penerbit          : moka media

Tahun terbit    : 2014


Siapa yang tidak suka hujan? Orang-orang yang kesepian. Tapi bagi orang-orang yang mengaku romantis, orang-orang yang sedang dimabuk asmara, hujan adalah hal yang indah. Seperti halnya senja, hujan dengan rasa dinginnya mampu memicu perasaan sentimentil manusia. Dalam dingin hujan, tidak bisa tidak, seseorang biasanya akan merindukan orang lain, orang yang dikasihinya, keinginan untuk dipeluk. Hujan menyimpan sesuatu untuk manusia. Menyimpan cerita, menyimpan rahasia, menyimpan sesuatu yang tak(mungkin) sama bagi setiap orangnya. Lalu apa yang tersembunyi dalam Rahasia Hujan di buku ini?

Ah ya, tolong jangan tertipu dengan judulnya. Tapi siapa yang tak tertipu jika melihat judulnya? Rahasia hujan, apa yang kalian bayangkan jika membaca judulnya? Kisah romantis? Kisah yang menyayat hati? Ya ya kalian setengah benar. Mungkin memang ada kisah cinta romantis dalam buku ini. Tapi kisah romantis macam apa? Aku sendiri tak pernah merasa sebagai orang yang romantis, tapi beberapa orang menyebutku romantis. Well, who knows? Baik, coba aku tanya pada kalian, apa itu romantis? Yah, tak ada yang bisa memastikan romantis itu seperti apa. Dan mungkin, bagi Anggi, romantis adalah seperti yang ada di dalam buku ini. Barangkali buat Anggi, apa yang ia lakukan untuk Pandu adalah hal yang romantis.

Tentu saja ada percintaan khas ala anak SMA di buku ini. Dan penulis menyajikan kisah cinta yang lain daripada yang biasa kita jumpai dari kisah cinta sepasang remaja yang sedang mencari jati diri. Ketika pacaran di jaman ini adalah sebuah kewajaran dengan segala tingkah polah kenakalan remaja di era informatika, di buku ini penulis mampu menunjukkan betapa mengecup pipi menjadi terasa begitu manis; tanpa hal-hal yang sepertinya akan dilakukan pasangan remaja lain di masa ini. Pandu adalah tipe 'lelaki baik-baik', begitu juga nadine. Dan perilaku yang lain dari remaja kebanyakan itu, bagi saya, dan mungkin bagi pembaca yang lain adalah sesuatu yang menyenangkan. Menjadi berbeda selalu menarik.

Begitu juga Anggi. Menjadi berbeda, menjadi manusia yang memilih untuk mencintai Pandu dengan cara yang berbeda. Seperti apa? Di sinilah penulis dengan piawai menggiring pembaca sampai pada plot utama novel ini. Dengan seksama penulis menyisipkan detail-detail kecil yang sekilas tampak tak memberi efek apa-apa pada keseluruhan inti novel. Seperti kucing putih peliharaan Anggi yang melintas di dekat pohon beringin, gambar sketsa, dan beberapa hal lain.

Membaca buku ini, anda hanya harus bersabar. Bersabar melalui lembar demi lembar adegan hingga mencapai puncaknya di mana novel ini disebut novel thriler. Dengan alur yang menurut saya agak lambat, dengan terus memupuk rasa penasaran pembaca. Suspense nya terasa hingga sampai ending, meskipun endingnya agak terlalu panjang buat saya; tapi itu soal lain. Rasa penasaran itu terutama pengaruh dari judul yang dipilih oleh penulis, Rahasia Hujan. Begitu kuat memancing rasa penasaran saya, ada apa dengan Hujan? Apa rahasianya? Apakah yang tersembunyi itu?

Bagian yang menarik lainnya dari buku ini adalah cuilan adegan-adegan yang pada awalnya tidak saya pahami. Sebuah adegan seorang anak kecil yang pergi memancing, lalu mengamati anak burung yang jatuh dari sarangnya. Meski tampak tidak berhubungan dengan keseluruhan bangunan isi novel, pada akhirnya itu menjelaskan/melengkapi puzle atas siapa Anggi sebenarnya. Sekali lagi di sini penulis bisa dengan jeli mengajak pembaca menerka-nerka, berpikir untuk kemudian menyimpulkan sendiri bagaimana hal itu membentuk Anggi.

Ah satu saran dari saya jika anda memutuskan untuk membaca buku ini, jangan baca blurb di belakang buku, itu sungguh-sungguh mengurangi keasyikan saya membaca buku ini. Juga, satu hal yang agak mengganggu saya saat membaca buku ini adalah penggunaan capslock dalam beberapa dialog. Mungkin, penulis hendak mencapai efek dramatis dari penggunaan capslock tersebut; tapi bagi saya, hal itu justru mengurangi kenyamanan saya membaca buku ini. Saya juga menemukan sedikit typo di buku ini, tetapi saya kira itu boleh diabaikan; belum sampai pada tahap mengganggu kenikmatan membaca.

Bagaimanapun, di luar segala kerewelan saya sebagai pembaca, buku ini setidaknya enggak membuat saya capek membaca Rahasia Hujan. Selain membuat saya untuk lebih hati-hati terhadap teman saya sendiri. Buku ini juga menunjukkan betapa pacaran tidak sebodoh, segampang dan secengeng yang kukira, yang kusangka... hahaha oke itu lagunya Bang Iwan. Sebaiknya aku sudahi sampai di sini saja perkara buku ini sebelum saya makin melantur.

Well, bukan buku yang mengecewakan dibanding dengan pengalaman membaca buku teenlit sebelumnya. Nah, silahkan rasakan sendiri bagaimana rasanya bertemu dengan teru teru bozu... selamat membaca!!