Kamis, 24 Oktober 2013

kamisan #5 Lupa - Urusan Sepele Tentang KTP


Hendra berjalan cepat menghindari terik matahari. Rumah Pak RT sudah tampak di ujung jalan. Temboknya yang berwarna putih mengilap terlihat seperti mengejek pohon pisang kepok yang tumbuh di halaman depan. Daun-daun pohon pisang itu compang-camping. Hendra berhenti dalam jarak satu langkah dari rumpun pohon pisang itu, mengatur nafas dan menyeka keringat di keningnya dengan punggung tangan. Kemudian, dengan langkah teguh Hendra mulai mendekati rumah itu.

Hendra mengetuk pintu, mengucap salam. Sambil memandang celana panjang miliknya, Hendra tersenyum setelah memastikan lipatan celananya tak rusak. Terbayang sudah pekerjaan yang telah dijanjikan Karyo di kota. Sebentar lagi Hendra akan mampu membelikan emaknya baju baru untuk lebaran tahun ini. Pintu dibuka dari dalam, wajah Pak RT yang keras muncul dari balik pintu, keningnya berkilat seperti bekas keringat yang mengering.

"Eh kamu Hen, mari masuk"
"Iya, Pak. Maaf mengganggu istirahat Bapak."
"Ah tidak apa-apa. Mari silahkan duduk." Hendra duduk di kursi yang menghadap Pak RT. "Jadi, ada urusan apa?"
"Ini Pak, saya mau mengambil KTP." jawab hendra dengan sudur bibir yang ditarik keatas.

"Ah iya, soal itu. Ini tadi Bapak sedang terburu-buru Hen, jadi Bapak kelupaan untuk membawa KTPmu, masih di kelurahan. Besok lah kamu ambil kemari lagi." sahut Pak RT sambil menjatuhkan punggungnya ke sandaran kursi. Senyumnya tipis terangkat tanpa beban.

Hendra diam, tatapannya jatuh ke meja kayu di antara mereka.

"Nah begitu saja ya Hen, saya ambilkan KTP-mu besok." ulang Pak RT mencoba menegaskan.
"Iya, Pak. Saya ke sini lagi besok." jawab Hendra datar. Hendra bangkit dari duduknya. "Maaf, Pak, sudah mengganggu istirahatnya. Terima kasih."

Sekonyong-konyong Hendra gelisah sendiri, langkah kakinya cepat dan panjang-panjang. Pikirannya melayang, sudah terlambat kalau ia berangkat ke kelurahan sekarang, kelurahan sudah tutup saat ia sampai nanti. Satu-satunya harapan Hendra adalah Karyo yang saat ini menunggu di warung mbok Darmi. Hendra melangkah cepat lewat jalan terdekat yang ia tahu.

Karyo masih duduk di kursi panjang warung Mbok Darmi. Karyo meletakkan gelas kopinya yang masih sisa setengah. Tersenyum panjang melihat Hendra datang. Tapi saat melihat Hendra tak membalas senyumnya, Karyo buru-buru menyembunyikan bekas senyumnya. Raut wajahnya menjadi serius.

"Yo, Pak RT lupa membawa KTPku." Hendra langsung menyudutkan Karyo dengan kabar KTP itu.

Karyo mengerutkan keningnya, agak lama tak langsung menanggapi berita itu. Karyo menenggak sisa kopinya sebelum bicara "Bagaimana kalau kita ke kelurahan sekarang?"
"Terlambat Yo, kalaupun kita berangkat sekarang, kelurahan sudah tutup saat kita sampai nanti."
"Bangsat memang Pak RT-mu itu!"

"Apa tidak bisa kau tunda sehari keberangkatanmu?" Tanya Hendra menaruh harap.
"Tidak bisa Hen, kalau aku berangkat besok, jangankan kamu, bisa-bisa aku tak punya pekerjaan."
"Bagaimana kalau aku tetap ikut berangkat hari ini?"
"Tanpa KTP?" Hendra mengangguk. "Tidak bisa Hen, mandorku takkan mau mempekerjakanmu tanpa KTP. Kau lihat sendiri kan di berita tentang razia KTP di jakarta?"
"Jadi bagaimana?"
Karyo menepuk bahu Hendra. "Apa boleh buat Hen, tahun depan saja kau ikut aku."

Karyo membayar kopinya lalu meninggalkan Hendra di warung. [ ]

4 komentar:

  1. Kentang! Kentang! Kentang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehe ah punyaku emang selalu nanggung ya ar?

      Hapus
  2. hooo, ini nyaris aja aku su'uzon sama Pak RT nya. mau bilang bagini "eh itu sih karena belon dikasih pelicin aja, makanya lama" atau, "bilang aja belum selesai"

    gak usah ditambahinbanyak2 sih, Ko... tapi entah dibagian mana, aku mengharap ada sesuatu yang lebih dramatis (ya tentu selain endingnya sih).

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah tadinya memang mau aku balik teh, cuman kalau aku balik kayaknya bakalan ketebak banget deh itu nanti enddingnya :D

      Hapus