Selasa, 20 Januari 2015

Bagaimana mungkin engkau tidak bersikap sentimentil terhadap kesederhanaan?1



Semalaman aku kembali membuka file-file film yang menumpuk di ‘gudang’. Banyak sekali film yang memuaskanku. Seperti guru yang agung, bagaikan tuhan yang murung2. Betapa manis ketika malaikat maut kemudian jatuh cinta pada anak perempuan dari seorang lelaki yang seharusnya dia cabut nyawanya_emmm aku sedang tak ingin membahas soal mungkin atau tidaknya malaikat jatuh cinta; sudah kubilang aku tengah sentimentil. Kemudian di film kedua tentang Billy Beane. Sebuah film tentang olahraga bisbol. Selain aku tengah frustasi terhadap klub bola kesayanganku, tiba-tiba aku menginginkan seorang manager seperti Billy Beane menggantikan pelatih klub bola yang tampaknya tengah terlena akan kekuasaannya di klub yang dilatihnya selama 18 tahun terakhir. Ia seperti kenangan lama yang tak pernah memberimu apapun, kecuali rasa nyaman yang semu. Film ketiga yang kusaksikan semalam sebelum aku memutuskan untuk memejamkan jiwa, He Just Not That In To You... film yang manis sekali. Begitu kompleks. Betapa semua hal rumit itu sesungguhnya sederhana. Sekali lagi, sebutlah aku sentimentil, aku tidak peduli, karena barangkali itu diriku.

Apa yang akan kau lakukan saat kau bertemu seseorang yang mempunyai sebuah kebiasaan kecil yang secara ajaib juga engkau lakukan dengan kesamaan detail yang sempurna? Hal pertama yang ingin aku lakukan adalah tertawa keras. Yang lalu kemudian aku inginkan adalah ia pun menertawakannya dengan cara yang sama. Pernahkah kau menertawakan sesuatu yang kau anggap lucu tetapi orang lain di sekitarmu menganggap hal itu biasa-biasa saja. Itu salah satu hal yang lebih menyedihkan ketimbang kesepian karena engkau tidak mempunyai pasangan. Yang paling aku damba dari seorang perempuan yang kelak mau khilaf bersamaku menjalani kehidupan menua dalam rumah tua yang aku bangun sendiri atap-atapnya adalah kami memiliki selera humor yang sama. Saat aku bisa menertawakan kebodohanku dan kebodohannya dengan ketulusan tanpa pretensi apapun, kupikir aku akan sanggup mendaki jalan ke rumah almarhum Mbah Maridjan yang pada akhir tahun kemarin aku menyerah setelah jarak yang ke 200 meter. Pada hal-hal sederhana seperti ketika seorang artis film dalam sebuah film horor yang dengan banggga menyatakan diri sebagai paranormal, pada film-film menyedihkan yang mengaku sebagai film horor, pada cerita-cerita sinis dalam sebuah buku satir, pada sebuah ejekan yang begitu rapi disembunyikan dalam bungkus kado natal paling indah yang bisa engkau bayangkan; pada hal-hal itu aku sering merasakan kesepian ketika menertawainya dengan lugu. Ah, kembali pada malaikat maut yang sedang jatuh cinta, bermainlah dengan imajinasimu, betapa manis menyandingkan kematian dan cinta??? Itu saja yang paling aku sukai dari film Meet Joe Black. Yang setiap kali aku memutarnya, aku selalu khidmat menikmati adegan pertemuan mereka. Aku iri. Kalau memang aku tak berkesempatan mendapatkan kenangan indah seperti itu nantinya yang bisa kupamerkan pada putra-putriku, aku akan menciptakannya sendiri. Dengan cara apapun. Once Upon A Time....

Apa kalian tahu hal paling cengeng buatku? Pameran kasih sayang antara ayah dan anak perempuannya. Betapa indah rasa sayang Casey pada Billy yang sedang mengalami masa sulit ketika menjalankan klub bisbol yang ia kelola. Aku sungguh tersentuh ketika Casey sedang makan eskrim di dapur bersama Billy, dengan malu-malu Casey menanyakan keadaan ayahnya yang tengah tertekan ketika Oakland Athletics memulai musim dengan sangat buruk. Yang terjadi kemudian, Billy menyuruh Casey untuk tak mengkhawatirkannya. Salah satu adegan yang juga berkesan adalah ketika Jeremy, bermain di liga minor [baca disini]. Aku jua menyukai peter brand. Peter dan Billy adalah orang-orang yang kesepian. Meyakini sesuatu yang dipandang sebelah mata oleh orang lain. Menjalani dan bertahan di jalan sunyi begitu menyenangkan. Dan kesulitannya berbaur dengan anggota tim dalam posisinya sebagai assisten manajer umum, sebagai Rookie. Karena film ini pula aku jadi begitu tergila-gila dengan lagu The Show milik Lenka. Salah satu film yang layak engkau tonton dan koleksi. Bukan sekadar film olahraga dan bagaimana Billy berusaha menggugat kemapanan bisnis bisbol di amerika. Ini juga tentang hubungan manis antara seorang ayah dan anak perempuannya.

Sementara He Just Not That In To You adalah sebuah film dengan begitu banyak tokoh. Tentang begitu rumit atau sederhananya cinta.

Pasangan pertama, ah iya , aku lupa nama tokohnya , aku akan bilang Jennifer Connelly dan Bradley cooper. Mereka adalah sepasang suami istri yang bisa dibilang medioker family, dalam artian rumah tangga mereka biasa-biasa saja. Situasi menjadi rumit ketika Bradley Cooper bertemu dengan Scarlett Johannson. Singkatnya, rumah tangga itu menjadi goyah ketika Bradley Cooper mengaku berselingkuh dengan Scarlett Johanson. Namun, ketika mereka sepakat untuk mempertahankan hubungan mereka dan mengabaikan perselingkuhan itu, hubungan itu menjadi hancur ketika Jennifer Connelly mengetahui kebohongan yang dilakukan Bradley Cooper tentang kebiasaannya merokok. Bagaimana jennifer melupakan perselingkuhan dan mempermasalahkan merokok menjadi begitu menggelitik. Sebutlah itu kerumitan, atau betapa sederhananya merokok ketimbang selingkuh?? Itu hakmu untuk memberi arti. Yang menjadi landasan adalah tak terbayangkannya trauma Jennifer Connelly kepada rokok oleh sebab ayahnya meningal karena kanker paru-paru. Atau justru soal kebohongan yang dilakukan Bradley Cooper? Dan bukan melulu soal merokok yang menjadi perkara?? Satu lagi yang menggelitik nuraniku adalah adegan ketika Scarlett terkurung di dalam lemari sementara di luar lemari ia mendengarkan upaya rujuk Bradley Cooper dan jennifer Conelly. Betapa tak terbayangkan olehku apa yang Scarlett rasakan!

Maka, Scarlett johanson yang memiliki teman tapi  mesra bernama Connor, yang ia nyaman untuk berbagi segala hal, hingga untuk kemampuan tidur bersama. Di saat Connor tergila-gila pada Scarlett, satu satunya yang menghalangi Scarlett menerima pinangan Connor adalah sebuah kebiasaan Connor setelah selesai bercinta, Connor tidur seperti bayi yang memeluk ibunya. Benar-benar bayi. Sungguh-sungguh malang!

Lalu ada Jennifer Aniston dan Ben Affleck yang telah hidup bersama selama 7 tahun dan baik-baik saja tanpa ikatan pernikahan. Ben Affleck tidak percaya pada pernikahan. Lalu tiba-tiba Jennifer Aniston menginginkan pernikahan. Siapa yang tak menginginkan pernikahan? Perempuan mana yang tak menginginkannya? Maksudku perempuan yang sudah menemukan teman hidupnya? Ah sebaiknya aku tak terlalu banyak bicara soal bagaimana mereka kemudian rujuk, kisahnya terlalu menyenangkanku hahahahaha yang ingin aku bilang dari mereka ialah, kebersamaan indah itu rusak setelah Jennifer Aniston terpengaruh omongan seorang kawannya, Gigi, yang tengah mencari pasangannya. Hubungan indah itu langsung goyah ketika ia menginginkan pernikahan. Hati-hatilah dengan apa yang kau dengar!

Dan Gigi serta Alex?? Hmmmm Gigi... betapa seseorang begitu mudah untuk mempermalukan diri sendiri. Betapa persahabatan kadang tidak menolongmu. Bagaimana sebuah nasehat seorang sahabat yang ingin melindungi dan menghibur sahabatnya menjadi sesuatu yang rumit dan menjatuhkannya dalam kubangan lumpur? Betapa dengan terlalu mendengarkan nasehat banyak orang kadang justru kamu tengah menempatkan dirimu di bibir jurang. Angkat dagumu, yakin pada diri, maka semua akan baik-baik saja. Sementara Alex, seorang lelaki yang merasa begitu mengenal lelaki dan perempuan dalam persoalan asmara ternyata tidak tahu sama sekali. Meski seringkali ia bisa dengan mudah menganalisa perilaku orang lain, ia bahkan tidak mengenal dirinya sendiri.

***

Ketiga film tadi, beruntungnya tersimpan tenang di gudang, ia seperti anggur yang semakin lama disimpan semakin nikmat. Tak pernah membosankan. Bagiku. Barangkali hanya bagiku, entah bagi kalian. Kalian tentu ingat ungkapan ‘sesuatu menjadi berarti karena kita memberinya arti’3. Aku termasuk orang yang suka menyisipkan arti dalam hal-hal sederhana yang mampir dalam hidupku. Seperti sandal, misalnya, buku, baju seragam kerja dan lain sebagainya. Orang sering kasihan pada diriku yang terlalu mengikatkan hidupku pada kenangan. Tak bisa move on kata mereka. Sesungguhnya aku kasihan pada mereka. Aku kasihan pada orang-orang yang takut akan kenangan. Orang-orang yang memperlakukan kenangan seperti prasasti mati. Bagiku, kenangan bisa menjadi sumber energi, sumber senyum. Karena aku memberinya arti. Ketika aku memutuskan menghapus arti dari hal-hal sederhana maka ia akan menjadi sepele seperti seharusnya, barang sederhana yang sama, yang berarti sederhana, dan kejadian yang sederhana. Yang dengan sederhana bisa kau turunkan dari pundakmu. Semua ada di tanganmu, pilihanmu. Tapi, aku takkan menolak kalimat ini...

Bagaimana mungkin engkau tidak bersikap romantis tentang kenangan??




Nb:
1 : dikutip bebas dari film moneyball
2 : lirik lagu dialog dini hari di lagu revolusi otak
3 : dikutip dari sartre

2 komentar:

  1. Bagiku, kenangan bisa menjadi sumber energi, sumber senyum. Karena aku memberinya arti.

    Dan bagaimana mungkin engkau tidak bersikap romantis tentang kenangan??

    Lanjutken, mas.. hehe :D

    BalasHapus