Judul : Rahasia hujan
Penulis : Adham T. Fusama
Penerbit : moka media
Tahun terbit : 2014
Siapa yang tidak suka hujan? Orang-orang yang kesepian. Tapi
bagi orang-orang yang mengaku romantis, orang-orang yang sedang dimabuk asmara,
hujan adalah hal yang indah. Seperti halnya senja, hujan dengan rasa dinginnya
mampu memicu perasaan sentimentil manusia. Dalam dingin hujan, tidak bisa
tidak, seseorang biasanya akan merindukan orang lain, orang yang dikasihinya,
keinginan untuk dipeluk. Hujan menyimpan sesuatu untuk manusia. Menyimpan
cerita, menyimpan rahasia, menyimpan sesuatu yang tak(mungkin) sama bagi setiap
orangnya. Lalu apa yang tersembunyi dalam Rahasia Hujan di buku ini?
Ah ya, tolong jangan tertipu dengan judulnya. Tapi siapa
yang tak tertipu jika melihat judulnya? Rahasia hujan, apa yang kalian
bayangkan jika membaca judulnya? Kisah romantis? Kisah yang menyayat hati? Ya
ya kalian setengah benar. Mungkin memang ada kisah cinta romantis dalam buku
ini. Tapi kisah romantis macam apa? Aku sendiri tak pernah merasa sebagai orang
yang romantis, tapi beberapa orang menyebutku romantis. Well, who knows? Baik,
coba aku tanya pada kalian, apa itu romantis? Yah, tak ada yang bisa memastikan
romantis itu seperti apa. Dan mungkin, bagi Anggi, romantis adalah seperti yang
ada di dalam buku ini. Barangkali buat Anggi, apa yang ia lakukan untuk Pandu
adalah hal yang romantis.
Tentu saja ada percintaan khas ala anak SMA di buku ini. Dan
penulis menyajikan kisah cinta yang lain daripada yang biasa kita jumpai dari
kisah cinta sepasang remaja yang sedang mencari jati diri. Ketika pacaran di
jaman ini adalah sebuah kewajaran dengan segala tingkah polah kenakalan remaja
di era informatika, di buku ini penulis mampu menunjukkan betapa mengecup pipi
menjadi terasa begitu manis; tanpa hal-hal yang sepertinya akan dilakukan
pasangan remaja lain di masa ini. Pandu adalah tipe 'lelaki baik-baik', begitu
juga nadine. Dan perilaku yang lain dari remaja kebanyakan itu, bagi saya, dan
mungkin bagi pembaca yang lain adalah sesuatu yang menyenangkan. Menjadi
berbeda selalu menarik.
Begitu juga Anggi. Menjadi berbeda, menjadi manusia yang
memilih untuk mencintai Pandu dengan cara yang berbeda. Seperti apa? Di sinilah
penulis dengan piawai menggiring pembaca sampai pada plot utama novel ini.
Dengan seksama penulis menyisipkan detail-detail kecil yang sekilas tampak tak
memberi efek apa-apa pada keseluruhan inti novel. Seperti kucing putih
peliharaan Anggi yang melintas di dekat pohon beringin, gambar sketsa, dan
beberapa hal lain.
Membaca buku ini, anda hanya harus bersabar. Bersabar
melalui lembar demi lembar adegan hingga mencapai puncaknya di mana novel ini
disebut novel thriler. Dengan alur yang menurut saya agak lambat, dengan terus
memupuk rasa penasaran pembaca. Suspense nya terasa hingga sampai ending,
meskipun endingnya agak terlalu panjang buat saya; tapi itu soal lain. Rasa
penasaran itu terutama pengaruh dari judul yang dipilih oleh penulis, Rahasia
Hujan. Begitu kuat memancing rasa penasaran saya, ada apa dengan Hujan? Apa
rahasianya? Apakah yang tersembunyi itu?
Bagian yang menarik lainnya dari buku ini adalah cuilan
adegan-adegan yang pada awalnya tidak saya pahami. Sebuah adegan seorang anak
kecil yang pergi memancing, lalu mengamati anak burung yang jatuh dari
sarangnya. Meski tampak tidak berhubungan dengan keseluruhan bangunan isi
novel, pada akhirnya itu menjelaskan/melengkapi puzle atas siapa Anggi sebenarnya.
Sekali lagi di sini penulis bisa dengan jeli mengajak pembaca menerka-nerka,
berpikir untuk kemudian menyimpulkan sendiri bagaimana hal itu membentuk Anggi.
Ah satu saran dari saya jika anda memutuskan untuk membaca
buku ini, jangan baca blurb di belakang buku, itu sungguh-sungguh mengurangi
keasyikan saya membaca buku ini. Juga, satu hal yang agak mengganggu saya saat
membaca buku ini adalah penggunaan capslock dalam beberapa dialog. Mungkin,
penulis hendak mencapai efek dramatis dari penggunaan capslock tersebut; tapi
bagi saya, hal itu justru mengurangi kenyamanan saya membaca buku ini. Saya
juga menemukan sedikit typo di buku ini, tetapi saya kira itu boleh diabaikan;
belum sampai pada tahap mengganggu kenikmatan membaca.
Bagaimanapun, di luar segala kerewelan saya sebagai pembaca,
buku ini setidaknya enggak membuat saya capek membaca Rahasia Hujan. Selain
membuat saya untuk lebih hati-hati terhadap teman saya sendiri. Buku ini juga
menunjukkan betapa pacaran tidak sebodoh, segampang dan secengeng yang kukira,
yang kusangka... hahaha oke itu lagunya Bang Iwan. Sebaiknya aku sudahi sampai
di sini saja perkara buku ini sebelum saya makin melantur.
Well, bukan buku yang mengecewakan dibanding dengan
pengalaman membaca buku teenlit sebelumnya. Nah, silahkan rasakan sendiri
bagaimana rasanya bertemu dengan teru teru bozu... selamat membaca!!